9 Orang Meninggal Karena 3 Penyerangan Berbeda di Colombia
By Nad
nusakini.com - Internasional - Paling tidak sembilan orang, termasuk empat polisi, tewas karena berbagai kasus penyerangan di Colombia. Negara ini mengalami kenaikan kasus kekerasan dan ketidakstabilan di beberapa daerah.
Tiga polisi yang tidak sedang bertugas tewas dalam penyerangan oleh kawanan bersenjata di daerah timur laut kota Pailitias, menurut kepolisian pada hari Minggu (27/6). Istri yang sedang hamil dari salah satu polisi juga dikabarkan terluka.
Di daerah Selatan Colombia, lima pria ditemukan terbunuh di San Vicente del Caguan.
Polisi keempat juga tewas akibat penyerangan oleh kelompok bersenjata di daerah pemukiman warga di kota Cali.
Masih belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas tiga penyerangan tersebut, namun pihak berwajib menyalahkan kelompok bersenjata, termasuk Pasukan Revolusi Bersenjata Colombia (FARC), pemberontak yang menolak kesepakatan damai antara mereka dan pemerintah pada tahun 2016.
Berbagai penyerangan ini muncul setelah helikopter yang ditumpangi Presiden Ivan Duque ditembak di dekat perbatasan Venezuela pada hari Jumat (25/6).
Tidak ada satupun penumpang yang terluka, namun foto-foto yang dirilis kantor kepresidenan menunjukkan bagian ekor dan baling-baling terkena peluru. Pemerintah telah mengumumkan akan memberikan hadiah uang senilai 800 ribu dollar untuk siapapun yang bisa mendapatkan informasi mengenai dalang di balik penembakan tersebut.
Pada awal bulan Juni, sebuah ledakan bom mobil terjadi di pangkalan militer di kota Cucuta, kota tujuan helikopter Duque, dimana bom ini melukai 36 orang.
Komite Internasional Palang Merah (ICRC) melaporkan pada bulan Maret bahwa Colombia sedang mengalami peningkatan kekerasan sejak tahun lalu, dimana ada sekitar 5 konflik dengan kawanan bersenjata yang sedang berlangsung. ICRC menyatakan bahwa ada 389 orang yang kebanyakan merupakan warga, terbunuh oleh alat peledak pada tahun lalu, angka paling tinggi sejak tahun 2016.
Sekitar 27.000 orang terlantar di seluruh Colombia pada perempatan tahun pertama 2021. Ombudsman HAM Colombia menyatakan angka ini merupakan lompatan setinggi 177 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Mereka menyatakan warga terpaksa meninggalkan rumah mereka karena ancaman, pembunuhan, dan paksaan untuk bergabung dengang kelompok bersenjata serta konflik antara kelompok di daerah mereka. (dd)